Tentu hampir semua orang dari seluruh lapisan
masyarakat telah mengenal baik PLN secara garis besarnya. “PLN atau Perusahaan
Listrik Negara adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengurusi
listrik.” Ya, itulah opini singkat yang dijaring dari publik bila ditanya
perihal “Apa itu PLN ?.”
Dan kemudian ketika dijelaskan secara mendetail
mengenai maksud opini publik tersebut pada kalimat PLN adalah BUMN yang
mengurusi listrik. Maka akan didapat penjelasan lainnya bahwa maksud mereka
adalah:
“PLN adalah
perusahaan tunggal atau satu-satunya yang mempunyai kuasa penuh untuk
menyediakan tenaga listrik. Dimulai dari proses penciptaan listrik,
pembangkitan, penyaluran, hingga distribusi tenaga listrik tersebut ke seluruh
tempat (daerah-daerah di Indonesia). PLN juga lah yang melakukan kontrol penuh
terhadap eksplorasi sumber daya alam dan energi untuk penciptaan tenaga listrik
secara kontinyu (berkelanjutan). Dan PLN juga lah yang melakukan proses
perencanaan sampai realisasi pembangunan sarana dan prasarana penyediaan tenaga
listrik di seluruh tempat, serta mencakup pembaharuan dari sistem atau alat
yang sudah usang. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa PLN adalah satu-satunya
perusahaan yang mempunyai kuasa penuh untuk mengurusi listrik.
Dan selanjutnya, saya coba menggambarkan situasi dan
kondisi yang masih dan sedang dialami oleh masyarakat secara nasional perihal
tentang listrik di tempat mereka tinggal masing-masing. Penjelasan detailnya
berikut dibawah ini:
Jika digambarkan dari hasil survey menurut hemat
pemikiran saya yang didapat dari pengetahuan saya selama ini. Maka masyarakat
Indonesia seolah akan terbagi-bagi ke dalam per tiga kelompok dengan jumlah
yang sangat besar ketika memberikan penilaian terhadap PLN atas pertanyaan yang
sama mengenai, yaitu:
“Adakah atau bagaimana pasokan listrik yang ada di
rumah anda ?.” Dasar pertanyaan ini adalah jangkauan listrik yang belum
sepenuhnya merata menyentuh seluruh daerah di Indonesia, dan yang belum
sepenuhnya menyala hingga 24 jam penuh. Jadi dari pertanyaan tersebut diatas,
maka akan didapat tiga jawaban besar yang meliputi:
1. Masyarakat kelompok pertama yang tinggal di
daerah atau kota-kota besar tentu serentak menjawab kurang lebih akan seperti
ini:
“Pasokan listrik di rumah kami aman terkendali,
dalam kata lain berjalan lancar seperti biasa. Setiap hari listrik terus
mengalir, dan kami pun bisa menyalakan listrik kapanpun kami mau. Menurut kami
kinerja PLN sangat lah baik.”
2. Masyarakat kelompok kedua yang juga tinggal di
daerah atau kota-kota besar, tapi khusus mereka yang sering terkena pemadaman
bergilir atau listrik hanya menyala pada jam-jam tertentu. Sering disini bisa
dalam artian dalam tingkatan dimulai dari Jarang sampai dengan Sangat Sering.
Tentu mereka serentak menjawab kurang lebih akan seperti ini:
“Pasokan listrik di rumah kami di saat jam-jam
tertentu sering mati secara tiba-tiba, atau pasokan listrik di rumah kami hanya
menyala pada jam-jam tertentu saja. Padahal ketika itu kami sangat amat
membutuhkan pasokan listrik untuk aktivitas rutinitas kami setiap hari. Baik
itu ketika sedang bekerja (ini untuk mereka yang berstatuskan pekerja). Sedang
belajar-mengajar (ini untuk mereka yang berstatuskan pelajar, guru, dosen, dan
mereka yang bekerja dalam ruang lingkup pendidikan). Sedang memproduksi
barang/makanan/produk lain untuk dijual (ini untuk mereka yang berstatuskan
pelaku wirausaha). Dan banyak lagi status masyarakat lainnya yang tak mungkin
untuk dijabarkan secara satu-persatu. Tiga status masyarakat diatas hanya
sebagai contoh. “Kami kecewa dengan kinerja PLN yang tidak profesional dalam
memberikan layanan listrik, padahal kami selalu bayar tagihan listrik tepat
waktu. Kami juga kecewa dengan PLN yang tidak memberikan keadilan bagi kami
untuk persoalan listrik, padahal kami amat mendambakan listrik untuk bisa
menyala selama 24 jam penuh di tempat kami tinggal.”
3. Dan masyarakat kelompok ketiga yang tinggal di
daerah-daerah terpencil, khusus tempat mereka tinggal yang belum dialiri oleh
listrik, tentu mereka serentak menjawab kurang lebih akan seperti ini: “Listrik
?. Sampai detik ini kami belum pernah menikmati listrik.”
Kalimat diatas yang berupa penggambaran masyarakat
ke dalam per tiga kelompok, bukan bermaksud untuk mengkotak-kotakkan masyarakat
atau menggiring publik untuk berpandangan negatif terhadap PLN. Tetapi saya
selaku penulis-menurut pemikiran hemat saya. Saya mencoba untuk menggambarkan
beberapa situasi dan kondisi dari realita yang masih terjadi dan sampai
sekarang ini masih berlangsung seperti pada kalimat diatas. Saya pun yakin,
dalam hal ini PLN itu sendiri, serta kelompok jajaran manajemen petinggi
PLN/organisasi atau lembaga swasta yang turut bekerja sama/kementerian atau
pemerintah dari pihak negeri, secara garis besarnya orang-orang yang mengurusi
dan berkompeten dalam mengurusi persoalan listrik. Tentunya sudah dan sedang
membenahi persoalan tersebut. Saya percaya dan tidak meragukan itu.
Hal itu dibuktikan dari adanya Rencana Strategis
RUPTL (Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listik) Tahun 2011-2020 yang telah
dipublikasikan oleh PLN, dan bisa diunduh melalui website PLN www.pln.co.id .
RUPTL ini merupakan sebuah pedoman pengembangan
sistem kelistrikan bagi PLN sepuluh tahun mendatang yang optimal,
disusun untuk mencapai tujuan tertentu serta berdasarkan pada kriteria
perencanaan dan kebijakan tertentu.
Untuk menyempurnakan apa yang telah ada, atau apa
yang belum tercapai. RUPTL PLN pun dari tahun ke tahun selalu diperbaharui,
Menurut data melalui website PLN: RUPTL ini dimulai dari tahun 2009-2018, lalu
dilakukan pembaharuan dari tahun 2010-2019, dan untuk terakhir sampai saat ini
adalah pembaharuan untuk tahun 2011-2020. Secara garis besarnya atau inti isi
dari RUPTL dari tahun ke tahun ini yang juga dipublikasikan baik secara offline (media televisi, media
cetak, media radio, dan lainnya), dan juga terutama lewat online (dunia maya),
sehingga siapapun bisa mengetahui dengan baik dan paham mengenai apa dan kenapa
dibentuk RUPTL tersebut. Garis besar atau inti dari RUPTL tersebut salah satu
tujuannya yang paling pokok adalah adanya keinginan kuat dari PLN untuk dapat
mencukupi kebutuhan tenaga listrik di
banyak daerah di Indonesia yang masih belum menerima listrik, atau telah lama
menderita kekurangan pasokan listrik.
Jadi yang bisa ditarik kesimpulan dari tujuan RUPTL,
bahwa PLN terus berusaha untuk melakukan pembaharuan melalui pembangunan
listrik untuk daerah-daerah yang belum dialiri oleh listrik. Tujuan lain dari
PLN yang hendak dicapai tentu saja untuk menekan jumlah orang atau sejumlah
daerah yang belum menikmati listrik untuk dapat segera menikmati listrik untuk
kehidupan yang lebih baik.
Di sisi lain, inovasi atau pengembangan terus
dilakukan oleh PLN. Terutama dalam melibatkan teknologi terkini untuk mendukung
sistem proses alur kerja PLN agar lebih tertata rapi dan sistematis. Tentunya
tujuan yang paling utama untuk memudahkan pelanggan (masyarakat) dalam memenuhi
kebutuhan listrik untuk mereka. Sebut saja diantaranya adalah sebagai berikut :
1. LISTRIK PINTAR:
Dengan listrik pintar, setiap pelanggan bisa
mengendalikan sendiri penggunaan listriknya sesuai kebutuhan dan kemampuananya.
Cara kerja listrik pintar ini adalah pelanggan terlebih dahulu membeli pulsa
(voucher/token listrik isi ulang) yang terdiri dari 20 digit nomor yang bisa
diperoleh melalui gerai ATM sejumlah bank atau melalui loket-loket pembayaran
tagihan listrik online. Lalu, 20 digit nomor token tadi dimasukkan (diinput) ke
dalam kWh Meter khusus yang disebut dengan Meter Prabayar (MPB) dengan bantuan
keypad yang sudah tersedia di MPB.
Nantinya, lewat layar yang ada di MPB akan
tersajikan sejumlah informasi penting yang langsung bisa diketahui dan dibaca
oleh pelanggan terkait dengan penggunaan listriknya, seperti
• Informasi jumlah energi listrik (kWH) yang
dimasukkan (diinput).
• Jumlah energi listrik (kWH)) yang sudah terpakai
selama ini
• Jumlah energi listrik yang sedang terpakai saat
ini (real time).
• Jumlah energi listrik yang masih tersisa.
Jika energi listrik yang tersimpan di MPB sudah
hampir habis, maka MPB akan memberikan sinyal awal agar segera dilakukan
pengisian ulang. Dengan demikian, pelanggan secara real time, setiap saat,
kapan saja dapat mengetahui secara persis penggunaan listrik di rumah. Jadi
listrik pintar ini layaknya seperti melakukan pengisian pulsa di ponsel.
2. SISTEM PEMBAYARAN TAGIHAN LISTRIK
Seiring perkembangan teknologi agar tepat guna, maka
sistem pembayaran rekening listrik semenjak beberapa tahun yang lalu sudah bisa
dilakukan melalui pembayaran tunai di Bank, Auto Debit, lewat ATM bank yang
bekerja sama dengan PLN, Internet Banking, dan juga SMS Banking. Hal ini tentu
saja untuk mempermudah pelanggan dalam ke-efisiensian waktu mereka. Dan
kemudian sejak tahun 2012 juga ada pembayaran listrik secara online dengan
sistem Payment Point Online Bank (PPOB), adalah mekanisme sistem pembayaran
rekening listrik yang bekerjasama dengan pihak perbankan-yang telah terkoneksi
secara online dan juga real-time sehingga akurasi data bisa sangat akurat
GCG
Dan kemudian
PLN juga telah berkomitmen untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG)
yang bebas dari praktek KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, dengan
mengedepankan transparansi, akuntabilitas, kemandirian, serta responsibilitas.
Tujuan yang ingin dicapai dari GCG tentunya agar PLN sebagai salah satu BUMN
yang sehat.
Dan untuk mendukung judul tulisan ini yang
menyinggung Analisis SWOT. Maka saya ingin melakukan analisis sederhana
mengenai kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman yang bisa jadi sedang
atau sudah dialami oleh PLN sehingga bisa jadi akan membuat PLN sebagai BUMN
yang tidak sehat. Analisis sederhana yang saya lakukan ini juga sebagai harapan
saya agar PLN menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu.
DEFINISI SWOT
Dikutip dari potongan artikel dari buku yang
dikarang oleh Rangkuti (2001), dan dikutip dari Wikipedia. Analisis SWOT adalah
identifikasi berbagai macam faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan, Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
Strength dan Opportunity. Tapi juga dapat meminimalkan Weakness dan Threats.
SWOT juga singkatan dari Strength Opportunity Weakness Threats. SWOT juga
merupakan faktor-faktor strategis perusahaan yang perlu dianalisis dalam
kondisi yang ada pada saat ini. Dalam melakukan analisis SWOT, melibatkan
penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis perusahaan untuk
mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dari bisnis perusahaan tersebut.
Dan kemudian menerapkan identifikasi-identifikasi tersebut ke dalam gambar dan
tabel matrik SWOT.
Cara Melakukan Analisis SWOT
Langkah pertama, lakukan identifikasi dari faktor
Internal dan Eksternal. Dan kemudian setelah semua faktor teridentifikasi maka
dilakukan pembobotan serta Rating. Caranya sebagai berikut
a. Tentukan bobot SWOT, bobot dihitung : 0.0 (tidak
penting) sampai 1.0 (sangat penting). Jumlah bobot untuk Opportunity dan
Threats adalah 1.00, demikian juga dengan bobot Strength dan Weakness yang juga
1.00.
b. Rating ditentukan mulai dari angka 1 (dibawah
rata-rata), 2 (rata-rata), 3 (diatas rata-rata), dan 4 (sangat baik).
Sederhananya, pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(Strength dan Opportunity) peluang yang semakin besar diberi rating + 4, tetapi
peluangnya kecil, diberi rating + 1. Pemberian nilai rating ancaman
kebalikkanya yang bersifat negatif (Weakness dan Threats). Misalnya, jika nilai
ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya
sedikit ratingnya 4.
Di dalam analisis SWOT, hasil nilai skor yang
didapat akan menentukan apakah Opportunity (nilai positif) atau Threats
(negatif), dan apakah faktor Strength mengungguli (+) Weakness (-), dan
kemudian akan didapat 4 kwadran rekomendasi. Adapun 4 kwadran itu antara lain :
1. Stability, Strategi WO (Weakness Opportunity)
2. Growth, Strategi SO (Strength Opportunity)
3.
Diversification, Strategi ST (Strength Threats)
4. Defence, Strategi WT (Weakness Threats
Gambaran keempat kwadran tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1. Diagram Cartesius Analysis SWOT PLN pada tulisan ini. Lebih lengkap
analisis SWOT-nya adalah sebagai berikut:
Melakukan Identifikasi SWOT Faktor Internal
(Internal Factor Analysis Sumamry (IFAS))
STRENGTH :
1. Fully Control : Seperti yang dijelaskan pada
kalimat diatas. PLN mendapatkan kontrol penuh dari Pemerintah terhadap
pemberdayaan listrik.
2. New Spirit : Dimulai dari jajaran manajemen
tingkat atas. PLN secara bersungguh-sungguh telah melakukan lompatan yang besar
untuk menghindari praktek KKN dalam tubuhnya. Secara langsung, hal ini juga
akan mendidik pekerja/karyawan pada level dibawah manajemen hingga jabatan yang
rendah untuk berperilaku jujur dan menjalankan sistem dengan sebaik-baiknya.
3. Natural Resources : Sumber daya alam Indonesia
dan energi yang kaya dan bisa didapatkan PLN sebagai BUMN, semestinya lebih
bisa menciptakan tenaga listrik yang lebih optimal sehingga seluruh daerah bisa
teraliri listrik. Pembaharuan tenaga listrik pun seharusnya sudah bisa
direalisasikan di beberapa daerah.
WEAKNESS :
1. Disruption : Gangguan yang dialami oleh PLN
contohnya seperti banyaknya pelanggan yang melakukan penambahan daya sehingga
terjadi penurunan daya di beberapa pembangkit listrik. Lalu ada juga gangguan
yang tidak dapat diprediksi, misalkan akibat musim/cuaca, atau permainan
laying-layang yang menyangkut di kabel listrik sehingga bisa mengakibatkan
listrik padam di beberapa tempat. Dan kemudian juga ada gangguan lainnya
seperti pencurian listrik yang dilakukan oleh opnum yang tidak bertanggung
jawab. Beberapa gangguan tersebut bisa jadi melemahkan PLN, dalam kata lain PLN
bisa mengalami kerugian dari sana. Baik dari kerugian yang disebabkan oleh
citra buruk pada PLN, dan kerugian materil.
2. KKN : PLN memang telah berkomitmen untuk sekecil
mungkin lepas dari praktek KKN. Namun adakalanya opnum pekerja PLN yang khilaf
dan melakukan praktek KKN bisa jadi akan membuat citra buruk bagi PLN. Sampai
saat ini saja, masih ada cukup banyak orang (pelanggan) yang beropini dan
mengeluhkan adanya uang tambahan ketika dimintai uang tambahan apabila
mengalami gangguan listrik yang mati di rumah mereka. Dan pelayanan pelanggan
lainnya yang bisa jadi sumber KKN itu terjadi.
3. Lack : Kekurangan listrik yang masih terjadi di
beberapa daerah di Indonesia mengakibatkan PLN belum sepenuhnya mampu untuk
menyediakan listrik bagi seluruh masyarakat. Hal yang paling ironis adalah
ketika tahun 2012 terungkap bahwa Pulau Pemping, Kecamatan Belakangpadang, Kota
Batam adalah pulau yang berada dekat dengan negara Singapura-tidak dialiri listrik
sama sekali. Tentu saja pada malam hari kondisi pulau Pemping gelap gulita,
sedangkan Singapura terang benderang seolah kelebihan energy listrik. Dan
diketahui bahwa negara Singapura mendapatkan pasokan listrik dari Indonesia,
dengan transaksi jual-beli listrik dari PLN Batam. Terlebih lagi masalah ini
sempat ditayangkan di televisi, sehingga membuat citra buruk bagi PLN.
Melakukan Identifikasi SWOT Faktor Eksternal
(Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS))
OPPORTUNITY
1. Natural Resources : Seperti halnya kategori yang
diambil dari Strength diatas. Sumber daya alam Indonesia dan energi yang kaya
dan bisa didapatkan PLN sebagai BUMN, semestinya lebih bisa menciptakan tenaga
listrik yang lebih optimal sehingga seluruh daerah bisa teraliri listrik.
Sehingga dengan hal ini bisa membuat bendera PLN berkibar. Dan para pelanggan
akan mengenal PLN sebagai BUMN yang baik dan juga sehat. Bukan opini negatif
tentang PLN.
2. Cooperation : Kerjasama PLN dengan pihak swasta
dalam banyak bidang, semestinya hal ini lebih bisa membuat daerah yang belum
dialiri listrik bisa segera dialiri listrik. Sehingga bisa memenuhi tujuan
RUPTL untuk meningkatkan laju pertumbuhan listrik di daerah-daerah yang belum
dialiri oleh listrik.
3. Renewable Energy : Energi terbarukan yang sedang
dikembangkan oleh PLN, akan bisa membuat PLN memenuhi tujuan RUPTL untuk
meningkatkan laju pertumbuhan listrik di daerah-daerah yang belum dialiri oleh
listrik. Sebut saja energi baru terbarukan yang akan dikembangkan adalah
pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH), pembangkit listrik tenaga surya
(PLTS), pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), biofuel dan pembangkit listrik
tenaga (PLT) biomass.
THREATS
1. KKN : Merujuk pada kategori Weakness. Opnum
pekerja PLN yang khilaf dan melakukan praktek KKN yang akan membuat citra buruk
bagi PLN, akan menjadi ancaman internal di tubuh PLN.
2. Selebihnya, ancaman yang datang dari pihak
eksternal tidak ada. Hal ini dikarenakan PLN sebagai BUMN tidak mempunyai
kompetitor. Karena bukan seperti halnya perusahaan swasta yang mempunyai cukup
banyak kompetitor.
Berikut dibawah ini adalah Matrik Internal Factor
Analysis Sumamry (IFAS) yang dirangkum dari Faktor Strength dan Weakness diatas
:
Tabel
1. Matrik Internal Factor Analysis Sumamry (IFAS)
Dari hasil analisis pada Tabel 1. Matrik IFAS.
Faktor Strength mempunyai total nilai skor 2.40 sementara itu Weakness
mempunyai total nilai skor 0.70. Seperti halnya Matrik IFAS, maka matrik EFAS
pun juga harus dilakukan identifikasi yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2
Matrik EFAS dibawah ini :
Tabel
2. Matrik Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)
Berikut dibawah ini adalah Matrik Eksternal Factor
Analysis Summary (EFAS) yang dirangkum dari Faktor Opportunity dan Threats
diatas :
Analisis yang didapat pada Tabel 2 Matrik EFAS
menunjukkan bahwa untuk faktor Opportunity nilai skornya 1.90 dan faktor Threat
0.40. Selanjutnya nilai total skor dari masing-masing faktor dapat dirinci
sebagai berikut :
Strength : 2.40
Weakness : 0.70
Opportunity :
1.90
Threats :
0.40
Maka diketahui nilai Strength diatas nilai Weakness,
dengan selisih (+) 1.70 dan nilai Opportunity diatas nilai Threats dengan
selisih (+) 1.50. Dari hasil identifikasi faktor-faktor tersebut maka dapat
digambarkan dalam Diagram Cartesius SWOT yang dapat dilihat pada Gambar 1
dibawah ini :
Gambar
1. Diagram Cartesius Analisis SWOT PLN
Dari nilai total masing-masing faktor selain
digambarkan ke dalam diagram Cartesius SWOT, tetapi juga digambarkan dalam
rumusan Matrik SWOT yang dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini :
Tabel
3. Rumusan Kombinasi Strategi Matrik SWOT
Dari analisa Matrik IFAS dan EFAS pada tabel 1 dan
2, juga telah disusun Matrik SWOT untuk menganalisis rumusan alternatif
Strategi SO, WO, ST, dan WT yang hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel 4
dibawah ini :
Tabel
4. Kombinasi Strategi Matrik SWOT
Alternatif Perencanaan Strategi Kuantitatif Analisis
Diagram SWOT
Dari diagram SWOT pada Gambar 1. Diagram Cartesius
Analisis SWOT PLN, dihasilkan bahwa PLN ada pada Kuadran I yaitu Agresif. Maka
alternatif strategi yang dapat dipakai oleh PLN adalah sebagai berikut :
1. Kuadran I Agresif adalah situasi yang sangat menguntungkan.
Perusahaan PLN memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan agresif (Growth Oriented Strategy).
Dan kemudian
bila melihat dari rumusan Matrik SWOT pada Tabel 3. Rumusan Kombinasi Strategi
Matrik SWOT. Maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis model
kuantitatif perumusan strategi. Pembuatan analisis model kuantitatif tersebut
didasari pada jumlah nilai skor masing-masing faktor. Baik itu Strategi SO, WO,
ST, WT. Matriks perencanaan kombinasi strategi kuantitatif adalah sebagai
berikut dibawah ini :
Tabel 5. Matriks Perencanaan Kombinasi Strategi
Kuantitatif
Matrik perencanaan kombinasi strategi kuantitatif
menunjukkan bahwa PLN perlu memanfaatkan Strategi SO yang mempunyai nilai skor
tertinggi yaitu = 4.30, selanjutnya diikuti Strategi ST = 2.80, kemudian WO =
2.60, dan terakhir WT = 1.10. Adapun masing-masing Strategi yang harus
dijalankan adalah sebagai berikut :
1. SO : yang Menggunakan Strength dalam memanfaatkan
Opportunity
2. ST : Menggunakan Strength dalam meredam Threats
3. WO : Memperbaiki Weakness untuk memaksimalkan
Opportunity.
4. WT :
Meminimalisasikan dan memperbaiki Weakness yang ada demi mengurangi Threats
KESIMPULAN dan SARAN
Kesimpulan
Dari apa yang sudah dijelaskan diatas mengenai
penjelasan PLN dan juga Analisis SWOT PLN dengan tujuan untuk menentukan
langkah PLN kedepannya demi harapan yang lebih baik. Maka bisa ditarik
kesimpulan bahwa PLN harus melakukan langkah sebagai berikut :
1. Perusahaan
PLN memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan agresif (Growth Oriented Strategy).
2. Dan kemudian secara berturut-turut melakukan
strategi SO, ST, WO, dan WT.
Saran
Semoga penjelasan diatas bisa menjadi masukan yang
baik bagi PLN. Tulisan ini hanya lah sekedar harapan saya sebagai seorang
akademisi yang melihat permasalahan PLN dari sudut pandang hemat saya pribadi
dengan pengetahuan yang saya miliki. Terima kasih kepada pembaca, dan khususnya
kepada Blogdetik atas terselenggaranya kompetisi Aku dan PLN, dengan tema
Harapanku Untuk PLN. Sehingga saya dapat berpartisipasi dalam menyumbang saran
dan pemikiran bagi PLN.