Kamis, 29 Maret 2012

US Naval Tidak Berdaya di Teluk Persia



Kekuatan angkatan laut AS, yang meliputi US Navy dan US Coast Guard, memiliki keutamaan atas semua angkatan laut lainnya dan kekuatan maritim di dunia. Mampu bermanuver di Laut dalam atau kemampuan samudera yang tak tertandingi oleh kekuatan angkatan laut negara lainnya. Keutamaan tidak berarti tak terkalahkan. Kedigdayaan Angkatan laut AS di Selat Hormuz dan Teluk Persia bisa melempem, karena secara geografis Iran menang satu langkah.

Selat Hormuz bukanlah lautan lepas. Bentuknya menyempit seperti saluran. Hal ini jelas sangat menyulitkan bagi kapal perang besar dan kapal induk untuk bermanuver.

Sementara Iran memiliki kemampuan rudal anti kapal perang yang sangat canggih. Sementara sisitem anti rudal kapal perang AS di perairan Teluk Persia sangat terbatas. Inilah sebabnya mengapa AS telah sibuk mendirikan sistem perisai rudal di Teluk Persia dalam beberapa tahun terakhir.

Bahkan kapal patroli kecil Iran di Teluk Persia, yang menyelinap dapat dengan mudah meluncurkan rentetan rudal yang secara signifikan dapat merusak dan menenggelamkan kapal perang besar AS. Padahal Iran memiliki kapal patroli kecil yang sangat cepat dan tidak mudah terdeteksi dan sulit dijadikan target rudal.

Pasukan Iran juga bisa menyerang angkatan laut AS hanya dengan melancarkan serangan rudal dari daratan Iran di pantai utara Teluk Persia. Bahkan di 2008 Washington mengakui ancaman dari baterai-baterai rudal kecil Iran di pesisir teluk Persia dan juga selat Hormuz. , rudal anti kapal, dan rudal-kapal kecil bersenjata.

Bahkan simulasi perang yang dibuat sendiri oleh Pentagon telah menunjukkan bahwa perang di Teluk Persia dengan Iran akan berarti bencana bagi Amerika Serikat dan militer. Salah satu contoh kunci adalah Millennium Challenge 2002 (MC02) permainan perang di Teluk Persia, yang dilakukan dari 24 Juli 2002 untuk 15 Agustus 2002 dan mengambil hampir dua tahun untuk mempersiapkan. Millennium Challenge 2002 diadakan tidak lama setelah Pentagon telah memutuskan bahwa akan melanjutkan momentum perang di Afghanistan dengan menargetkan Irak, Somalia, Sudan, Libya, Lebanon, Suriah, dan finishing off dengan hadiah besar Iran dalam kampanye militer yang luas untuk memastikan keunggulan AS di milenium baru.

Setelah Millennium Challenge 2002 selesai, permainan perang “resmi” yang disajikan sebagai simulasi perang terhadap Irak di bawah pemerintahan Presiden Saddam Hussein, tetapi dalam kenyataannya ini tergolong game perang dengan sasaran akhir ke Iran. Amerika Serikat boleh berhasil di Irak dan negara lainnya yang tidak memiliki angkatan Laut yang berarti. Tetapi dengan Iran, harus berfikir seribu kali.

Millennium Challenge 2002 dilakukan untuk mensimulasikan perang dengan Iran, dengan nama sandi kode “Merah” dan disebut sebuah negara Timur Tengah yang tidak diketahui musuh jahat di Teluk Persia. Selain Iran, tidak ada negara lain yang bisa memenuhi batas-batas dan karakteristik dari kode merah “Merah”, simulasi dibuat sangatlah detail dari kapal mulai patroli sampai ke unit sepeda motor. Simulasi perang terjadi karena Washington sedang berencana menyerang Iran setelah menginvasi Irak pada tahun 2003.

Skenario dalam permainan perang 2002 dimulai dengan Amerika Serikat, dengan nama kode “Blue” Iran memberikan ultimatum satu hari untuk menyerah pada tahun 2007. Tanggal game perang itu tahun 2007 yang secara kronologis terbukti sesuai dengan rencana AS untuk menyerang Iran setelah serangan Israel di Lebanon pada 2006, yang menjadi diluar perhitungan mereka adalah keberpihakan Suriah dan kemampuan tempur Hizbullah yang berhasil menjungkirbalikkan Israel yang memiliki perangkat perang super modern.

Dalam skenario perang Millenium Challenge 2002 itu, Iran akan bereaksi terhadap agresi AS dengan meluncurkan rudal serangan besar yang akan membanjiri AS dan menghancurkan enam belas angkatan laut kapal-kapal AS – sebuah kapal induk, sepuluh kapal penjelajah, dan lima kapal amfibi. Diperkirakan bahwa jika ini terjadi dalam konteks teater perang yang sebenarnya, lebih dari 20.000 prajurit AS akan dibunuh pada hari pertama setelah serangan itu.

Selanjutnya, Iran akan mengirim kapal patroli kecil yang terlihat tidak signifikan dibandingkan dengan USS John C. Stennis dan kapal perang AS besar lainnya – untuk membanjiri sisa angkatan laut Pentagon di Teluk Persia, yang akan mengakibatkan merusak dan tenggelamnya sebagian besar AS Armada Kelima dan kekalahan Amerika Serikat. Setelah kekalahan Amerika Serikat, permainan perang itu dimulai lagi, tetapi “Merah” (Iran) harus beroperasi di bawah asumsi telah hancur lebur kekuatan pertahanannya, sehingga pasukan AS. Tetapi apakah kenyataan saat ini kemampuan tempur darat Iran selemah itu?

Oleh karena itu, kekuatan angkatan laut yang hebat dari Washington tidak berarti di teluk Persia dan selat Hormuz dikarenakan kendala geografis. Sementara kemampuan militer Iran sangat maju pesat. Tanpa perairan terbuka, seperti di Samudra Hindia atau Samudra Pasifik, US Navy tidak akan berdaya. Seluruh sistem pertahanan angkatan laut AS, dirancang untuk pertempuran di perairan terbuka, dan menjadi tidak praktis di Teluk Persia.

1 komentar: